LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
MORFOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN
Percobaan XII
: Anatomi Akar
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : II
(DUA)
GOLONGAN :
B
ASISTEN :
A. BUNGAEDA
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
MAKASSAR
2011
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Akar merupakan bagian bawah dari
sumbu tumbuhan dan biasanya berkembang di bawah permukaan tanah, meskipun
terdapat juga akar yang tumbuh di atas tanah. Histogenesis epidermis akar
berbeda dengan batang. Pada spermatophyta, xylem primer pada akar bersifat eksark, sedangkan pada batang bersifat endark. Berkas xylem dan floem pada akar
tersusun berselang-seling, sedangkan pada batang berkas pengangkutnya
kolateral, bikolateral, atau amfivasal. Akar tidak mempunyai alat tambahan yang
dapat dibandingkan dengan daun pada batang. Akar tidak mempunyai stomata,
tetapi mempunyai tudung akar yang tidak ada kesejajarannya pada batang.
Pada percobaan ini, mahasiswa
diharapkan lebih mudah memahami struktur dan anatomi akar atau struktur
perkembangan tumbuhan yang merupakan ilmu dasar sehingga mudah dalam
mempelajari pengembangannya lebih lanjut.
I. 2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud percobaan
Maksud
percobaan ini adalah untuk memberikan pengetahuan yang lebih
mengenai struktur anatomi akar beserta
contoh bunga. Selain itu, percobaan ini juga dimaksudkan untuk memberikan
pemahaman mengenai struktur anatomi akar
dan contoh-contoh
anatomi akar.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui dan mengamati anatomi akar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
II. 1 Teori Umum
Akar
merupakan bagian bawah dari sumbu tumbuhan dan biasanya berkembang di bawah
permukaan tanah, meskipun terdapat juga akar yang tumbuh di atas tanah.
Histogenesis epidermis akar berbeda dengan batang. Pada spermatophyta, xylem
primer pada akar bersifat eksark,
sedangkan pada batang bersifat endark. Berkas
xylem dan floem pada akar tersusun berselang-seling, sedangkan pada batang
berkas pengangkutnya kolateral, bikolateral, atau amfivasal. Akar tidak
mempunyai alat tambahan yang dapat dibandingkan dengan daun pada batang.
Kondisi
lingkungan seringkali mempengaruhi pertumbuhan akar. Sistem perakaran tumbuhan
yangn hidup di tanah kering biasanya berkembang lebih baik. Pada tumbuhan yang
hidup pada tanah berpasir, perkembangan akarnya dangkal, mendatar, dan akar lateral
berpasir, lateral menyebar dekat di bawah permukaan tanah. Struktur akar banyak
ragamnya. Berdasarkan fungsinya, dikenal akar penyimpan, akar udara, akar
skulen, akar panjat, akar penunjang, akar napas (pneumatofor), dan akar yang
bersimbiosis dengan jamur (mikoriza).
Berdasarkan
asal usulnya, terdapat dua tipe akar, yaitu akar primer dan akar serabut
(adventitious). Akar primer berkembang dari ujung embrio yang terbatas,
sedangkan akar serabut berkembang dari jaringan akar dewasa atau dari bagian
lain tubuh tumbuhan, seperti batang dan daun.
Sistem
akar sebagian besar Dikotil dan Gymnospermae terdiri atas akar tunggang yang
membentuk cabang pada sisinya. Bagian dewasa dari akar, yang biasanya mengalami
penebalan sekunder, hanya berfungsi sebagai alat pemegang pada tanah dan untuk
menyimpan bahan cadangan makanan. Pengambilan air dan garam dilakukan terutama
oleh sistem akar yang masih dalam pertumbuhan primer.
Akar
Monokoti dewasa biasanya berupa akar serabut dan berkembang dari batang.
Umumnya akar ini tidak mengalami penebalan sekuder.
Tipe
paling umum akar pada Monokoti adalah sistem akar serabut. Radikula yang
terdapat dalam biji terdiri atas meristem akar dan terbentuk pada perkecambahan
biji. Akar Gymnospermae dan Dikotil berkembang menjadi akar tunggang dengan
percabangannya. Pada Monokoti, akar biasanya mati pada awal pertumbuhan dan
sistem akar dari tumbuhan dewasa terdiri atas sejumlah akar serabut.
Meristem
puncak akar lateral berkembang dari jaringan di sebelah dalam, sedangkan kuncup
batang berkembang dari jaringan di bagian luar. Karena itu, percabangan akar
disebut endogen dan percabangan batang disebut eksogen.
Pada
jarak tertentu dari sel inisial puncak akar, dapat dibedakan jaringan tudung
akar, epidermis, korteks akar, dan silinder pusat. Tudung akar terletak pada ujung
akar, yang berfungsi melindungi akar dan alat pemantakan akar yang tumbuh ke
dalam tanah. Tudung akar terdiri atas sel parenkim hidup yang seringkali berisi
tepung. Pada kebanyakan tumbuhan, terbentuk sel pusat tudung akar berbeda dan
strukturnya tetap, yang disebut kolumela.
Sel
tudung akar menyereksikan lendir yang mengandung polisakarida. Sekresi diiringi
dengan pembengkakan (hipertropi) sisternadiktiosom yang membentuk gelembung
besar. Isi gelembung terlepas dari protoplas karena adanya peleburan antara
gelembung dan plasmalema. Sel tudung akar ada yang berisi butir tepung yang
disebut statolit, yang berfungsi memindahkan rangsang gravitasi ke plasmalema.
Sel yang berisi statolit disebut statosis. Statosis berisi amiloplas dan LE.
Tudung akar berkembang secara terus-menerus. Sel paling tua akan mati, kemudian
diganti sel baru yang dihasilkan oleh sel inisial. Tudung akar terdapat pada
semua tumbuhan kecuali pada parasit dan beberapa akar mikorhiza.
Sel
epidermis akar berdiding tipis, biasanya tidak mempunyai kutikula meskipun
seringkali dinding terluar sel, termasuk rambut akar, mengalami kutinisasi.
Epidermis akar biasanya selapis, kecuali pada akar udara Orchidaceae dan
tumbuhan epifit, epidermisnya multilapis dan mempunyai bentuk khusus yang disebut
velamen. Epidermis akar dapat membentuk benjolan menjadi rambut akar yang
berfungsi untuk menyerap air dan garam. Daerah rambut akar hanya terbatas pada
sekitar satu sampai beberapa cm dari ujung akar. Pada tumbuhan tertentu,
khususnya tumbuhan air, tidak mempunyai rambut akar. Tumbuhan yang biasa tumbuh
di tanah mempunyai rambut akar, sedangkan yang tumbuh di air tidak membentuk
rambut akar. Salah satu unsur yang mengendalikan perkembangan rambut akar
adalah Ca (Kalsium). Sel epidermis yang dapat membentuk rambut akar disebut
trikhoblas.
Sebagian
besar korteks akar Dikotil dan Gymnospermae terdiri atas sel parenkim. Korteks
akar biasanya lebih lebar dari korteks batang, dan biasanya berfungsi untuk
penyimpanan. Lapisan terdalam dari korteks adalah endodermis. Pada tumbuhan
tertentu, misalnya Smilax, Iris, Citrus, dan
Phoenix, terdapat lapisan khusus di
bawah epidermis yang disebut eksodermis. Pada korteks akar sering terdapat
ruang antar sel yang berbentuk secara skizogen. Pada tumbuhan tertentu, yaitu Gramineae dan Cyperaceae, ruang antar sel terbentuk secara lisigen. Pada korteks
akar palmae sering terdapat saluran udara yang besar. Sel parenkim korteks
tidak mempunyai klorofil, tetapi pada tumbuhan air, akar udara, dan epifit,
terdapat klorofil.
Pada
kebanyakan tumbuhan, dinding sel subepidermis bagian luar dari korteks menjadi
bergabus. Sel ini disebut eksodermis, dan mempunyai sifat sitokimia dan
struktur sama dengan endodermis. Sel endodermis protoplas hidup. Pada
Pteridophyta, eksodermis tidak berkembang. Ketebalan eksodermis beragam, dari
hanya satu lapisan hingga beberapa lapisan sel.
Endodermis
membatasi bagian dalam akar dengan korteks. Pada akar primer tampak pita
Caspary pada dinding menjari endodermis. Sel endodermis akar tumbuhan tertentu
terus-menerus membelah antiklin selama tahap penebalan sekunder. Pada
kebanyakan Angiospermae, Pteridophyta, dan beberapa Gymnospermae, endodermis
tetap dalam bentuk primer. Pada tumbuhan lain terbentuk lamela dari suberin
pada sisi dalam dinding primer, termasuk pita Caspary. Lapisan ini membuat
dinding menjari an membujur di bagian dalam sehingga sel endodermis semakin
tebal. Penebalan dinding endodermis berlignin, dan terjadi tidak secara
serentak. Sel endodermis yang berhadapan dengan xylem sering kali tidak
mengalami penebalan, hanya mempunyai pita Caspary saja. Sel yang dindingnya
tetap tipis ini disebut sel pelalu (passage
cell).
II. 2 Uraian Bahan (FI ... IV)
1.
Flouroglusin
Nama resmi : Trihidros
Nama lain : Flouroglusin
RM : C6H3(OH)3
Pemerian : Hablur/serbuk hablur, putih atau kekuningan.
Kelarutan :
Sukar larut dalam air, larut dalam
etanol (95%) dan dalam ether.
Cara pembuatan : Larutkan flouroglusin P 1% b/v dalam etanol
(90%) P di mana flouroglusin 1% yaitu 1 gram flouroglusin dilarutkan ke dalam
100 ml air.
Fungsi flouroglusin : Untuk memperjelas struktur anatomi akar saat
dilakukan penglihatan dengan mikroskop. Bagian-bagian yang diperjelas untuk
flouroglusin adalah xylem dan floem pada akar.
II. 3 Klasifikasi Tanaman
1. Akar bandotan (Ageratum conyzoldes)
Kingdom : Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Class : Dikotil
Ordo : Asterales
Family : Asteraceae
Genus : Ageratum
Species : Ageratum conyzolades
2.
Akar bayam duri (Amaranthus
spinosus)
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Sub Divisi :
Angiospermae
Class :
Dikotil
Sub Class :
Apetalae
Ordo :
Amaranthales
Family :
Amaranthaceae
Genus :
Amaranthus
Species : Amaranthus spinosus
3.
Akar sidaguri (Sida
retusa)
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Sub Divisi :
Angiospermae
Class :
Dikotil
Sub Class :
Dialypetalae
Ordo :
Malvales
Family :
Malvaceae
Genus :
Sida
Species : Sida retusa
BAB III
METODE PERCOBAAN
III. 1 Alat dan
Bahan Yang Digunakan
III.
1. 1 Alat Yang Digunakan
-Silet
-Pensil
-Penggaris
-Balpoin
-Mikroskop
-Deg glas/objek glas
III.
1. 2 Bahan Yang Digunakan
-Akar bandotan (Ageratum
conyzolades)
-Akar bayam duri (Amaranthus
spinosus)
-Akar sidaguri (Sida
retusa)
-Floroglusin
III.
2 Cara Kerja
-
Disiapkan alat dan bahan
-
Dipotong melintang akar
tersebut dengan menggunakan silet
-
Hasil potongannya
diletakkan di objek glas
-
Diteteskan flouroglusin
kemudian dipanaskan dengan spiritus
-
Ditutup dengan dek glas
-
Diamati di bawah
mikroskop
-
Digambar dan diberi
keterangan
BAB
IV
HASIL
PENGAMATAN
IV.1 Gambar dan Keterangan Gambar
Anatomi akar bandotan (Ageratum conyzoides)
|
Keterangan gambar
|
1.
Lapisan gabus
2.
Parenkim korteks
3.
Sel secret
4.
Sel batu
5.
Parenkim floem
6.
Floem
7.
Jaringan teras
8.
Trakea
9.
Serabut
|
Anatomi akar bayam duri
|
Keterangan gambar
|
|
1.
Epidermis akar
2.
Jaringan palisade
3.
Epidermis bawah
4.
Rambut penutup
5.
Stomata
6.
Xilem
7.
Kolenkim
|
Anatomi akar bayam duri
|
Keterangan gambar
|
|
1. Epidermis
2. Endodermis
3. Xilem
4. Floem
|
BAB V
PEMBAHASAN
1. Akar bandotan (Ageratum conyzolades). Korteks akar terdiri dari sel parenkim yang membentuk
jaringan sinambung dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan
sedangkan endodermis berfungsi mengatur aliran nutrien dari korteks menuju ke
pembuluh, dimana sel-selnya ditutup oleh pita tahan air (karena suberin) yang
tipis biasa disebut pita caspar. Tipe berkas pembuluh konsentris amphyvasal di
mana floem berada di tengah-tengah sedangkan xylem mengelilingi floem, dan lapisan
paling dalam berkembang menjadi endodermis dan satu dari beberapa lapisan
korteks paling luar berkembang menjadi endodermis. Serta jaringan gabus terdiri
dari beberapa lapis sel berbetuk
poligonal, dinding sel tebal berlapis tipis-tipis.
2. Akar bayam duri (Amaranthus spinosus). Epidermis yang juga berderivat menjadi rambut akar untuk
memperluas bidang penyerapan air, dan jaringan korteks pada akar lebih tebal
dari korteks pada batang. Jaringan korteks terdiri dari parenkim penyimpanan
dengan rongga sel yang luas. Perisikel merupakan deferensiasi dari permukaan
silinder kambium, stele pada akar ini memiliki susunan floem terpisah
berselang-seling di sebelah luar lingkaran xylem, namun struktur ini tidak
berkembang ke pusat akar. Pada endodermis terdapat pita kaspari yang membedakan
anatomi akar dan tumbuhan.
3. Akar Sidaguri (Sida retusa). Merupakan akar dikotil,karena akar ini mempunyai kambium dan tidak mempunyai
empulur sempit dan jumlah lengan xylem antara 2 - 6. Letak xylem di dalam dan
floem di luar kambium sebagai pembatas, serta tipe stomata parasitik.
BAB VI
PENUTUP
VI. I
Kesimpulan
1.
Akar bandotan (Ageratum conyzolades).
2.
Akar bayam duri (Amaranthus spinosus).
3.
Akar Sidaguri (Sida retusa)
VI. 2 Saran
Kami selaku praktikan berharap agar kegiatan praktikum
dapat dilaksanakan tepat pada waktu yang telah ditentukan agar praktikan dapat
menyelesaikan segala tugas yang diberikan di dalam laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
1. Yasir
Yasnidar, Rusdi.M. , (2011),
Penuntun Praktikum Morfologi, Anatomi Dan
Fisiologi Tumbuhan, UIM University Press, Makassar.
2. Mulyani E.S, Sri. , (2006), Anantomi Tumbuhan, Kansius, Yogyakarta.
3. Tim Penyusun. , (1989), Materia Medika Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar